Sleman (MAN 5 Sleman )Kamis, 23 Oktober 2025, MAN 5 Sleman menghadirkan suasana berbeda dan penuh nuansa budaya. Seluruh warga madrasah, mulai dari guru, pegawai, hingga siswa, kompak mengenakan seragam lurik sebagai implementasi program pelestarian budaya Jawa di lingkungan pendidikan. Momentum Kamis Pon ini menjadi bagian dari upaya madrasah untuk menumbuhkan kebanggaan terhadap identitas lokal sekaligus mengenalkan nilai-nilai filosofi luhur kepada generasi muda. Seragam lurik yang dikenakan tidak hanya menjadi simbol estetika, tetapi juga mencerminkan makna kebersahajaan, kerja keras, dan keselarasan hidup yang telah diwariskan oleh leluhur Jawa. Seluruh warga madrasah terlihat antusias dan bangga mengenakannya, menciptakan suasana kebersamaan dan harmoni di lingkungan madrasah. Kepala MAN 5 Sleman, Mucharom, S.Ag., M.S.I., menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari pendidikan karakter berbasis budaya lokal. “Dengan memakai lurik, kita tidak hanya menunjukkan kekompakan, tetapi juga meneguhkan bahwa madrasah memiliki peran strategis dalam melestarikan warisan budaya. Lurik adalah simbol kesederhanaan dan keluhuran budi, sekaligus sarana menanamkan nilai-nilai kearifan lokal kepada para siswa,” ujarnya. Wakil Kepala Bidang Humas, Drs. Subardi, menambahkan bahwa pelaksanaan Kamis Lurik ini menjadi identitas unik MAN 5 Sleman. “Nguri-uri budaya Jawa bukan hanya slogan, tetapi kita wujudkan dalam tindakan nyata. Melalui pemakaian lurik, siswa diajak untuk bangga terhadap budayanya sendiri serta memahami bahwa pelestarian budaya adalah bagian dari ibadah dan penguatan jati diri bangsa,” ungkapnya. Program Kamis Pon dengan seragam lurik ini diharapkan terus menjadi tradisi positif yang menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal sekaligus mempererat rasa kebersamaan di lingkungan madrasah. MAN 5 Sleman membuktikan bahwa modernisasi dan pelestarian budaya dapat berjalan selaras sebagai bagian dari pendidikan yang holistik. (fat/gal)