MAN 5 Sleman (Sleman) MAN 5 Sleman mengadakan syawalan dan halalbihalal guru, pegawai dan kelua pada Senin (15/04/2024). Kegiatan diadakan di Rumah Makan Ingkung Mbak Sri yang beralamatkan di Bedingin, Jl. Kebon Agung Km.7, Sumberadi, Mlati, Sleman. Acara ini dihadiri oleh guru, pegawai, dan komite MAN 5 Sleman.
Dalam sambutannya, Kepala MAN 5 Sleman, Akhmad Mustaqim, S.Ag., MA menyampaikan rasa syukurnya. “Alhamdulillah, MAN 5 Sleman dapat mengadakan kegiatan halal bihal. Semoga setelah kegiatan ini dapat memepererat ukhuwah dan kebersamaan semua semua keluarga besar MAN 5 Sleman baik dari Guru, Pegawai, dan Komite Madrasah”, harap Akhmad Mustaqim, S.Ag., MA sambutannya.
Sementara itu Wakil Kepala Urusan Kehumasan, Drs. Sumarlan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan untuk menyambung kembali silaturahmi dan bertemu kembali dengan keluarga MAN 5 Sleman yang sudah purna maupun pindah tugas.
Pada kesempatan kali ini Pembaca kalam Ilahi disampaikan oleh Umar Dahlan, S.Ag. Sedangkan materi tausyah disampaikan oleh Ustad Nurul Amri, S.Ag., M.H. Dalam tausiyahnya, Amri menyampaikan asal muasal halalbihalal berasal dari KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948. KH Wahab merupakan seorang ulama pendiri Nahdatul Ulama. KH Wahab memperkenalkan istilah Halalbihalal pada Bung Karno sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu masih memiliki konflik dan kondisi perpolitikan kala itu yang belum stabil. Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idul Fitri di tahun 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahim yang diberi judul 'Halalbihalal.' Para tokoh politik akhirnya duduk satu meja. Mereka mulai menyusun kekuatan dan persatuan bangsa ke depan. Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Bung Karno menyelenggarakan halalbihalal. Halalbihalal kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Hingga kini Halalbihalal menjadi tradisi di Indonesia setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri. Karena dalam Islam Hubungan tuhan dan hubungan kemanusiaan harus seimbang.
Dalam tausyahnya ustad Nurul Amri, S.Ag., M.H. juga menyampaikan bahwa hikmah setelah menjalankan ibadah puasa adalah Puasa mengembalikan kita kepada derajat kemanusiaan. Dan tugas kita dalam bulan-bulan selanjutnya menjaga kebiasaan-kebiasaan seperti ketika Ramadhan tiba. Kegiatan syawalan berjalan lancar dan halalbihalal diakhiriberjabat tangan. (nk)
Kirim Komentar