Sleman-- (MAN 5 Sleman) – 8 guru dan tenaga kependidikan MAN 5 Sleman mengikuti acara
Bimtek Konvensi Hak Anak (KHA), Satuan Pendidikan Ramah Anak (SRA), Disiplin Positif dan LPKRA Menuju Standarisasi SRA selama dua hari mulai Senin (5/02/2024) hingga Selasa (6/02/2024) di Aula MAN 2 Kulonprogo. Acara ini diadakan oleh KKMA se-DIY, dihadiri peserta berjumlah kurang lebih 250 peserta dari dari MAN dan MAS se DIY.
Hadir dalam pembukaan dan sambutan Bimtek, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY, Abdul Su’ud. Dalam sambutannya, Abdul Su’ud menjelaskan pentingnya madrasah menjadi satuan pendidikan ramah anak. “Madrasah Ramah Anak (MRA) adalah madrasah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab. Sekaligus menjadi kontribusi dalam mewujudkan program nasional mewujudkan generasi emas tahun 2045 nanti”, terang Abdul Su’ud.
Fasilitator Nasional dalam kegiatan Bimtek ini yakni Bekti Prastyani, Ketua Asosiasi Pendidik Berperspektif Hak Anak dan LPKRA dan Ahmad Asari, Sekretaris Asosiasi Pendidik Berperspektif Hak Anak dan LPKRA.
Hari pertama Bimtek, guru dan tenaga kependidikan MAN 5 Sleman sangat antusias mengikuti kegiatan yang disampaikan oleh oleh tim fasilitaor.
Bekti Prastyani memulai materi tentang fenomena perkembangan anak saat ini. Menurut Bekti, anak adalah produk yang Allah ciptakan dengan sesempurna mungkin dengan membawa fitrah keunikan masing-masing. “Tidak ada satupun ciptaan Allah yang salah aatau gagal. Jika ditemui anak melakukan kesalahan (tindakan yang belum benar), maka orang dewasa bertugas untuk meluruskan dan menyadarkan. Salah satu faktor penyebab anak melakukan tindakan belum benar tersebut adalah di fase-fase perkembangan anak ada yang tidak sempurna, atau aada hambatan dalam menyelesaikan fase perkembangan 5-6 tahun awal”, terang Bekti Prastayani. Selanjutnya Bekti menjelaskan satuan pendidikan menjadi tempat aman dan nyaman untuk tumbuh kembang anak. Perkembangan zaman saat ini sering memberikan efek BLAST (boring ‘cepat bosan’, lonely ‘merasa sendiri’, angry ‘marah’, stress ‘stres’, tired ‘mudah capek’) untuk anak. Satuan pendidikan memiliki peran penting untuk mengatasi masalah ini sehingga anak berubah ke arah yang baik, memiliki karakter BEST (behave ‘memiliki perilaku yang baik’, empatic ‘empati’, smart ‘cerdas’, tough ‘tangguh).
Asari menambahkan tugas kita selaku pendidik untuk memaksimalkan 9 kecerdasan anak supaya mereka nanti siap menjadi generasi emas 2045 bukan malah menjadi beban demografi nantinya. 9 kecerdasan tersebut yakni logic maatemaatic, linguistik, interpersonal, intraprasonal, kinestetik, musikaal, spasial, natural dan spiritul. “Maka dari itu bapal ibu sekalian marilah kita memulai dari Hijrah Hati, mengubah mindset, cara berpikir kita terhadap anak”, terang Asari. Lebih lanjut Asari menjelaskan terkait 4 prinsip konvensi anak yakni non diskriminatif, kepentingan terbaik untuk anak, tumbuh kembang, dan penghargaan terhadap anak. Dengan selanjutnya menghormati hak-hak anak yakni hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi.
Di hari kedua Bimtek guru dan tenaga kepegawaian MAN 5 Sleman melakukan diskusi mendalam terkait permasalahan dan tindakan yang seharusnya diambil dalam kasus-kasus yang sering muncul dimaadrasah bersama Ahmad Asari. Selanjutnya tim fasilitator memandu kelompok per madrasah untuk mengisi borang evaluasi mandiri, yang nantinya akan dilakukan di madrasah masing-masing.
Salah satu guru menyampaikan kesannya mengikuti Bimtek ini, Minda Herlina, S.Pd yang sekaligus sebagai Waka Kesiswaan MAN 5 Sleman. “Bimtek ini sangat luar biasa, memberikan paradigma baru terhadap kita kaitannya dengan bagaimana memperlakkan anak. Materinya bagus sekali serta teknik pemaparan yang sangat mudah dimengerti. Semoga kedepan dapat kita impementasikan ke MAN 5 Sleman dan semoga akan memberikan dampak luar biasa untuk madrasah,” ungkap Minda sapaan akrabnya. (nk)
Kirim Komentar